Cerpen
By: Poo ABG
Terik sang surya terasa sangat menyengat seakan membakar kulitku yang
baru saja kubasuh di rumah tadi. Yahm baru saja aku merasa segar sesaat setelah
mandi, padahal jam yang kukenakan baru
menunjukkan pukul…
“Oh, tidak, 12.08, oh tuhan telat 8 menit pula. Seniornya pasti galak.
Aduh, gimana nih?”
Sambil menggerutu aku masih melewati trotoar dengan pikiran yang masih
saja berandai-andai apa yang akan dikatakan senior-senior itu padaku. Andai saja
tadi aku tidak berlama-lama di kamar mandi. Memang, itu sudah menjadi
kebiasaanku sejak dulu, mandi hampir satu jam dengan rutinitas bernyanyi
setengah album milik Peterpan yang sudah lama sekali aku kagumi.
Akhirnya sampai juga di depan gerbang berwarna putih berhiasakan
bunga-bunga berwarna merah.
Shhitt, memang sudah kuduga akan seperti ini. kenapa harus hari ini aku
terlambat? Hari pertamaku untuk mengikuti MOS.
Aku terus saja menyesali kejadian hari ini. Tidak lama kemudian dua
orang senior datang menuju pintu gerbang dan membukanya untuk, siapa lagi kalau
bukan diriku yang terlambar dan menggerutu seorang diri di depan pintu gerbang.
“Kenapa kamu terlambat? Ini sudah jam berapa hah?” bentak seorang senior
kepadaku.
“Huh, mending ganteng marah-marah, lah ini? Liat saja kalau aku sudah
resmi jadi siswa SMAN 1 Harapan.” Umpatku dalam hati sambil terus menunduk dan
sesekali memandang kedua senior yang berdiri di depanku.
“Sudah Ri, kita bawa saja dulu ke kelas, nanti biar jadi urusan senior
yang jadi pembinanya.”
“Oh, so nice. Gini dong udah cakep baik pula.” Senior yang ganteng ini menyelamatkanku
dari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan senior satunya.
Malu sekali rasanya saat berjalan melewati lapangan tempat teman-temanku
yang lain berbaris dengan rapi, saat itu aku merasa semua yang berdiri di sana
sendang memperhatikanku. Dan sampai juga di gugus 5, tempat teman-temanku yang
lain.
“Gus, nih urus adik loe, tadi dia telat 8 menit.”
Jelas sekali itu laporang dari senior yang membawaku tadi. Tapi,
tiba-tiba senior yang manis sekali ini memberi masukan, “Sudahlah Gus, masukkan
saja ke dalam barisan, ini saatnya memberikan pengarahan masalah sekolah pada
mereka kan? Masalah hukman nanti saja kau pikirkan.” Dia menyelamatkaknku untuk
kedua kalinya.
Oh pangeranku, ini sudah ke dua kalinya dia membantuku, walaupun mungkin
tidak hanya padaku ia bersikap baik. Sangat jelas terlihat raut wajahnya yang
mencerminkan kepribadiannya, itulah anggapanku saat itu.
To be continued ….. ….
Happy reading :)
Tunggu cerita selanjutnya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar