Masa
Orientasi Cinta
By: Poo ABG
“teeet… teeet…,” Bel keluar main berbunyi mengakhiri pelajaran
matematika yang seak dulu tidak pernah ku sukai. Semula aku ingin ke kelas kak
Hafiz untuk mengembalikan flashdisk yang ku pinjam dua hari yang lalu.
Melewati koridor yang menghubungkan antar kelas,
tiba-tiba seseorang menarik tanganku dengan kasar.
“Aduh, maaf kak ini ada apa ya,” tanyaku kepada tiga orang
kakak kelas yang masih memegang tanganku.
“Belagak banget sih ni anak,” Kata seseorang di antara
mereka.
“Oh, jadi ini too, cewek kuper yang udah nyoba
gangguin hubunganku sama Hafiz?” Sahut seseorang lagi.
“Maaf kak, tapi saya benar-benar ngga’ ngerti maksud
kakak-kakak ini apa” jawabku keheranan sambil memegang tanganku yang masih
sakit.
“Kamu itu belagak bego’ atau emang bego’ beneran sih?
Maksud kita ya udah jelas dong.”
“Tapi saya memang bener-beer ngga’ ngerti kak,” aku
masih bingung dengan kakak-kakak kelas yang tidak ku kenal ini.
“Kami bertiga itu mau ngingetin kamu biar ngga’
kecentilan sama Hafiz. Tapia was saja kalau Hafiz sampai tahu masalah ini”.
“Kamu ini mesti tahu kalau teman kami ini pacarnya
Hafiz, jadi kamu ngga’ usah terlalu banyak berharap sama hHafiz”.
“Kalau kamu masih ngedeketin Hafiz, kamu ngga bakalan
tenang”. Sela satunya.
“Pa…pacar kak Hafiz? Tapi saya benar-benar ngga’ tahu
masalah ini” Jawabku.
“Ya udah, sekarang kamu udah tahu, jadi ngga’ usah
deketin kak Hafiz lagi. Ngerti kan?” bentak mereka sambil memberikan tatapan
yang sinis, lebih sinis dari guru
matematika yang menatap muridnya karena ketahuan nyontek. Mereka pun berlalu
tanpa menoleh lagi.
***
“Aku benar-benar nggal ngerti masalah ini. Kenapa
masalahnya jadi runyam gini sih?”
“Masalah apaan sih? Cerita dong sama sahabatmu ini!”
aku tak menyadari keberadaan sahabatku, Icha, yang dari tadi memperhatikanku.
“Eh, kamu Cha’. Hmm…ngga’ ada masalah apa-apa kok”
tentu saja aku berbohong padanya.
“Beneran ngga’ ada nih? Ya udah kalau emang ngga’ mau
cerita. Eh, kita ke kantin yuk! Laper nih.”
“Hmmm… Sorry Cha aku ada keperluan lain, kamu duluan
aja ntar aku nyusul”.
“It’s ok-lah kalau ngga’ mau. Ya udah, aku duluan ya?”
aku memandanginya sampai ia tiba di kantin karena memang jarak antara kantin
dan kelasku tidak terlalu jauh.
“Ah sudahlah, nanti sepulang sekolah baru kukembalikan
pada kak Hafiz.”
Sepulang sekolah, tepat saja aku bertemu kak Hafiz. Aku
langsung mengembalikan flashdisk yang kupinjam padanya. Saat itu aku tak bisa
bersikap seperti biasanya sehingga kak Hafiz pun heran dan menanyakan kenapa
aku berubah padanya.
“Kamu kenapa sih Ta, ada masalah ya?” tentu saja kak
Hafiz bertanya seperti itu, sikapku yang biasanya periang dan selalu ceria
tiba-tiba menjadi muram dan cemberut.
“Ngga ada masalah apa-apa kok, makasih ya buat
flashdisknya”. Aku menjawab dengan nada malas.
“Ok deh kalau emang ngga’ ada apa-apa. Mau pulang
bareng?” tawaran yang wajid dilontarkannya setiap kami bertemu sepulang
sekolah.
“Ngga’ makasih, hari ini ada latihan teater sampai
sore,” belum selesai aku berbicara, tiba-tiba suara handphoneku berbunyi. Ternyata
dari bunda, tumben-tumbenan bundaku menelphone.
“Assalamulaukum bunda ada apa?” aku masih heran dengan
bunda. “Bunda… bunda kenapa bunda?” Aku hanya mendengan suara tangis bunda di
seberang sana. Aku semakin khawatir
mendengar suara tangis bunda.
“Letta.., mbakmu nak. Mbakmu.” Sekarang aku
benar-benar merasa panic saat bunda menyebut kata-kata itu.
“Iya bunda, tapu mbak Arini kenapa? Bunda ngomong dong
sama Letta. Letta jadi bingung”.
“Mbakmu kecelakaan dan…, dan meninggal Letta. Ayo
pulang nak, lihat mbakmu”.
Mendengar perkataan bunda, aku merasa langit akan
runtuh menimpaku. Tangan dan seluruh tubuhku gemetar, dan seketika handphone
yang kupegang saat itu jatuh begitu saja. Baru saja setahun yang lalu ayah
meninggalkan kami, sekarang mbak Arin satu-satunya saudara yang kumiliki
meninggalkanku juga.
“Oh tuhan… kenapa semua masalah menimpaku?” Kak Hafiz
tentu saja ikut panik melihatku manangis tidak karuan.
“kamu kenapa Letta?” sambil memunguti handphoneku yang
terjatuh tadi dan memberikannya lagi padaku. Aku mengambilnya dan langsung
berlalri menuju pintu gerbang sekolah dan menyetop angkot yang lewat.
***
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar