Takbir keliling malm idul fitri
kembali dilaksanakan setelah beberapa tahun desa kecil ini sepi dari acara
semcam ini. Kali ini lengkap dengan miniatur dan lampion. Setiap musola
mengirimkan utusannya untuk dinilai. Mereka pawai dari kantor kecamatan sampai
kantor desa. Minatur yang disiapkan sudah jauh-jauh hari sebelumnya dengn biaya
lumayan untuk kantong orang desa menjadi pusat perhatian. Ada yang membuat
miniature musolnya sendiri, ka’bah, sampai miniatur alqur’an. Kalau Al-qur’an
mungkin tak cocok disebut miniature karena ukurnnya malah lebih besar dari
ukuran aslinya. Sebut saja replika Al-qur’an.
Miniatur atau replika yang telah
dihiasi dengan lampu warna-warni sukses mencuri perhatian warga. Sebagian
mungkin ada yang baru kali ini melihat yang semacam ini. Bisa jadi banyak yang
lupa bahwa sebenarnya ini adalah lomba takbir, bukan lomba lampion. Lomba
takbiran ini menjadi salah satu mata lomba diacara peringaan nuzulul qur’an dan
takbiran. Sebelumnya sudah berlangsung lomba tartil Al-qur’an, puitisasi,
perkusi, dan lomba lainnya.
Lomba takbir keliling membuat
suasana lebih hidup di malam hari raya. Kendraan yang lewat terpaksa merangkak
pelan-pelan karena harus berbagi jalan dengan peserta. Acara berjalan lancar
meskipun ada sedikit gangguan kecil dari pengendara sepeda motor yang kurang
sabaran menghadapi kemacetan. Gangguan juga datang dari petasan dan kembang api
yang sudah memekakan telinga sejak magrib. Beberapa penonton yang usil
menyalakan petasan di dekat peserta. Panitia sudah mewanti-wanti untuk tidak
menyalakan petasan di dalam lomba. Tapi tetap saja satu-dua orang usil yang tetap
menyalakan petasan. Untunglah sampai akhir acara keamanan tetap bisa
terkendali.
Malam itu juga pemenang dari
setiap lomba diumumkan. Yang paling ditunggu-tunggu tentu pemenang lomba
takbiran. Jeng…jeng…jeng, pemenangnya ternyata dari tim musola dusunku. Tim
kami berhasil membawa piala bergilir. Tak lengkap rasanya kalau tak foto-foto
bareng piala dan miniature musola karya arsitek kami, sodara Penden. Foto-foto
itu cara sederhana untuk merayakan hasil kerja selama bulan puasa kemarin. Semuanya
menikmati meskipun harus bekeja sampai larut malam. Bahagia, karena yang
terpenting adalah bisa berkumpu bersama lagi.
Kemenangan ini agak kontroversi
karena ada tim yang kurang puas dan merasa minatur atau replikanya lebih bagus.
Kedewasaan kita sedikit diuji oleh ulah beberapa oknum yang menuduh kami menang
curang, ada maen dengn juri. Sampai di Facebook ramai opini netizen
tentang tim yang pantas menjadi juara.
Keren kan, di desa kecil ini maenannya sudah medsos, kenal isilah netizen,
haters, dan teman-temannya. Saya pun di tag, isinya ya itu, tuduhan menang
curang. Komen jadi ramai, jual beli argumen alias debat, waow, ini kerennya
sudah over dosis. Salah tempat protes, mestinya ke panitia. Bagaimana pun yang
bertanggung jawb adalah panitia. Curiga memang boleh, tapi kurang bijak jika
langsung memvonis curang tanpa bukti yang sudah pasti. Sekali lagi semua pihak
harus belajar untuk bersikap dewasa.
Jika ada yang kurang puas
silahkan sampaikan ke panitia, kurang bijak jika langsung mengatakan curang ke
peserta yang menang. Pesert boleh menyampaikan keberata kepada panitia mengenai
pemilihan juri, tapi tidak boleh menuduh juri berkongkalikong dengan peserta
jika belum ada bukti. Jika masih sebatas kecurigaan, tidak baik kalau langsung menuduh,
kan belum ada bukti juga. Fokus kita sudah terlanjur tertuju pada lampion,
padahal ada dua kriteria lainnya yang menjadi penilaian dan saat acara kemarin
banyak yang luput memperhatikannya. Pendapat yang menyebutkan harus ada bentuk
replika tertentu yang harus masuk tiga besar rasanya kurang tepat karena jika
ditetapkan seperti itu justru telah mengambil hak kesempatan menjadi juara dari
replika dengan bentuk yang lain. Replika atau minatur adalah satu dari dua
criteria penilaian, kenapa tidak membahas juga dua kriteria yang lain? Untuk
panitia, ini menjadi evaluasi, tahun depan sebisanya juri dari luar desa dan
yang sudah ahli. Terakhir, suang saling curigak, piran nak besopok Darek. Ride-ride
laaa, batur dirik doang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar