Judulnya sudah kampung, jaman dulu lagi. Tetapi sebagai anak yang
pernah masuk dalam kelompok di depan tadi, saya sangat bersyukur. Paling tidak
saya terhindar dari predikat “orang yang masa kecilnya kurang bahagia”.
Biarlah ada orang yang bilang
kampungan, yang penting di dalam hati bahagia. Mungkin orang tersebutakan
tertarik jika saya menceritakan sebagian cara kami menikmati masa kecil,
khususnya waktu hujan turun. Banyak sekali cara menikmati rahmat yang
diturunkan tuhan ini.
Berburu Kulat Jemi sambil berperang
menggunakan lumpur sawah.
Jamur yang tumbuh di jerami itu lezat sekali. Setelah panen
musim ngaro (ngaro itu adalah musim panen padi pertama di musim hujan), jerami
bekas panen yang ada di tengah sawh akan ditumpuk di pematangnya karena petani akan
mempersiapkan sawah untuk musim gado (musim tanam padi kedua). Berkah untuk tanah
kami karena bisa menanam padi dua kali dan sekali untuk palawija.
Berselang satu atau dua minggu, di
dalam jerami yang mulai membusuk akan tumbuh jamur-jamur kecil sebesar
jari-jari. Saat itulah sambil menunggu benih padi tumbuh kita bisa menikmati
enaknya jamur jerami, bahasa Indonesianya jamur merang, mungkin.
Berburu jamur itu paling seru
ketika hujan. Tidak perlu takut kotor karena air hujan akan langsung menghapus
noda. Tidak perlu takut keringatan, keringat langsung bisa dibilas air hujan. Tidak
perlu takut baju kotor, kita hanya memakai celana tanpa baju.
Barang yang harus dibawa ketika
berburu jamur ini adalah kantong keresek, tempat menaruh jamur. Apanya yang
menyenangkan? Yang menyenangkan adalah ketika menyibak tumpukan jerami dan di sana
sudah nongol mahluk-mahluk putih kecil bertopi kerucut bertebaran, kita berebut
untuk mengambilnya. Kadang-kadang tumpukan jerami itu roboh dan jatuh ke tengah
sawah. Kalau hal itu ketahuan pemilik sawah, siap-siap saja dikejar.
Pernah pas lagi seru-serunya
berebut jamur, sekor ular hijau, panjang, tiba-tiba keluar. Kami lngsung lari belingsatan.
Ularnya lumayan besar. Kami sudah tahu ular jenis itu berbisa. Kena patuk bisa
bahaya.
Langit yang semula tenang bisa saja
tiba-tiba memfoto kita, lalu suara menggelegar menyapa. Sekali dua kali mungkin
tidak apa-apa. Tetapi jika cuaca sebelumnya terik, siap-siap saja, guntur yang
bertalu-talu akan menciutkan nyali. Segeralah pulang sebelum orang tua menangis
karena khawatir. Kejadian orang tersembar petir dulu memang pernah beberapa
kali terjadi. Dulu, itu terjadi pada salah satu teman orang tua kami. Oleh karena
itu mereka khawatir.
Tidak selamanya kami beruntung. Jerami
yang kami incar ternyata sudah dijarah isinya oleh orang lain. Daripada kecewa
lebih baik mencari kesenangan lain. Kami membagi tim menjadi dua. Masing-masing akan berlindung di balik jerami
lalu saling lempar menggunakan lumpur. Supaya bisa mengenai lawan, kita harus
berpindah dari tumpukan jerami yang satu ke tumpukan yang lain. Lumpur dari
atas tiba-tiba jatuh menimpa kepala. Pernah tidak kamu sahampoan menggunakan
lumpur?
Jamur yang kami bawa pulang bisa
sampai satu kantong keresek penuh. Sampai rumah langsung dicuci dan
menyerahkannya kepada ibu untuk dimasak. Cara masak paling popular adalah
direbus campur mie dan kangkung. Sehabis mandi sambil berselimut menunggu
rintik hujan habis menetes paling nikmat sambil menikmati hidangan ini.
Ini baru berburu jamur jerami padi,
masih ada lagi yang lainnya. Pantesan kami hitam-hitam, sering luluran pakai
lumpur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar