Biasanya manusia ingat kepada Allah ketika sedang ditimpa
kesulitan dan kesedihan. Namun, kerapkali lupa ketika kesulitan tersebut telah
diangkat darinya. Terangkatnya kesulitan dan kesedihan tersebut merupakan
nikmat dari Allah SWT yang harus kita syukuri. Ketika merasakan kenikmatan
kerapkali kita lupa kepada yang memberikan nikmat. Kealpaan kita inilah yang
menyebabkan kita tidak bersyukur terhadap nikmat Allah. Padahal Rasullah
Bersbda agar kita selalu mengingat Allah ketika dalam kejayaan, pasti Allah
akan mengingat kita pula ketika kamu menderita.
Bisa kita bayangkan rasanya ketika menghadapi kesulitan dan
penderitaan lalu mendapat perhatian khusus dari Allah SWT. untuk itu hendaklah kita mengingat kepada Allah dalam
arti bersyukur ketika mendapatkan nikmat, dan bersabar ketika dalam kesusahan. Fiman
Allah, “Hendaklah engkau bersyukur atas segala nikmat dan bersabar atas bencana
yang menimpa”.
Dalam sebuah hadis qudsi diterangkan bahwa pertama, ada sebagian
orang yang beriman ketika ia dalam keadaan kaya raya. Orang seperti ini ketika
mendaptkan kekayaan dan kejayaan ia berbaki kepada Allah dan benar-benar
bersyukur kepada yang maha kuasa. Akan tetapi ketika diberi cobaan kemiskinan,
ia menjadi orang yang durhaka. Ia berkeluh kesah setiap saat, tidak bersabar
seolah-olah tidak rido dengan takdir
yang ditentukan Allah.
Tipe yang kedua adalah ada sebagian orang yang beriman ketika
dalam keadaan miskin. Ia patuh dan taat kepada Allah. akan tetapi ketika Allah
memberikan ia kekayaan, tiba-tiba ia menjadi durhaka kepada Allah. Ia lupa
bahwa nikmat tersebut adalah karunia Allah. nikmat Allah dipergunakannya untuk
perbuatan-perbuatan yang berharga yang dapat menjurumuskan ke dalam kehinaan
dan kesengsaraan.
Ketiga adalah orang yang sempurna imannya dan berbakti kepada
Allah ketika dalam keadaan sakit dan rela menjalani penderitaan. Tetapi ketika
cobaan itu hilang daripadanya ia tetap ingat kepada Allah dan kesehatan
tersebut semakin membawanya kepada ketaatan kepada Allah.
keempat, ada sebagian
orang yang beriman ketika diberi kesehatan namun berubah durhaka ketika
diberikan penyakit, tidak sabar menerima ujian.
Ketika mendapatkan penyakit, apalagi penyakit yang parah,
tidak hanya seorang yang merasakannya, tetapi semua keluarga juga turut
menanggungnya. Ada yang bingung mencari obat, ada juga yang bingung mencari
biaya, sampai yang harus bergantian menjaga. Keinginan semua keluarga adalah
agar penderitaan tersebut segera berakhir. Dalam kondisi seperti itulah manusia
biasanya ingat kepada Allah dan terus meminta pertolongan Allah. Al-Qur’an yang
biasanya tertutup, kini mulai dibuka, tasbih yang tergantung, mulai diputar
kembali, sampai do’a dan wirid dibaca sebagai obat penawar.
Saat menghadapi ujian dan cobaan, kita dituntut untuk sabar,
sabar, dan sabar. Semua penyakit ada obatnya, Si sakit harus menyadari bahwa Allahlah
yang akan menyembuhkannya. Keluarga hanya harus berusaha untuk mencari siapa
yang diutus Allah untuk membawa obatnya.
Dalam sebuah hadis Rasulullah mengabarkan, ketka seseorang
sedang sakit, Allah SWT. mengutus empat malaikat kepadanya. Malaikat pertama
diutus untuk mengambil seri-seri wajahnya sehingga wajahnya tampak pucat pasi. Malaikat
kedua diutus mengambil selera makannya. Malaikat ketiga diutus untuk mengambil
kekuatannya sehingga menjadi tidak berdaya. Malaikat keempat diutus untuk
mengambil dosa-dosanya. Ketika Allah SWT memberikan kesembuhan bagi si sakit,
maka Allah SWT. mengirimkan empat malaikat untuk mendatanginya. Malaikat pertama
diperintahkan untuk mengembalikan seri-seri wajahnya, malaikat kedua
mengembalikan selera makannya, malaikat ketiga mengembalikan kekuatannya. Malaikat
keempat tidak dipanggil oleh Allah SWT., lantas bertanya, “kenapa hamba tidak
diutus untuk mengembalikan dosa-dosanya?”. Allah berfirman, “wahai malaikat,
demi sifat rahman dan rahimku, tak pantas kiranya aku mengembalikan
dosa-dosanya. Ketika dia sakit bersabar dan ikhlas menerimanya. Maka buanglah
dosa-dosanya ke lautan lepas.”
Bagaimana sikap ketika ketika mendapatkan penyakit? Contohlah
sikap Nabi Ayyub ketika diberi ujian berupa penyakit yang tercermin dalam doa
Beliau, “ Roobi anni massaniyadhdhuru wa anta arhamarrahimiin.” Artinya, Ya
tuhan kami, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, engkaulah yang maha pengasih
lagi maha penyayang. Sebagai hamba yang soleh. Nabi Ayyub menyadari bahwa
segala sesuatu adalah milik Allah, harta, jabaan, kesehatan, dan semuanya. Kita
hanya sekedar dititipi.
Oleh karena itu, hendaknya kita mempergunakannya
sebaik-baiknya untuk mengabdi kepada Allah karena akan dipertanggungjwabkan
kelak di akhirat. Semoga kita diberikan kesabaran dalam menghadapi cobaan
apapun dan saudara-saudara kita yang sakit lekas mendaptkan kesembuhan.
Khutbah jum'at 14-10-2016, Masjid Rois Dahlan, Ketwanggede, Malang.
Khutbah jum'at 14-10-2016, Masjid Rois Dahlan, Ketwanggede, Malang.
terima kasih ya jadi adem dan tambah ingat Allah amri berjuang kita taat dan jauhi dosa serta meminimalisir...
BalasHapusSama-sama. Salam kenal :)
BalasHapus